PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh ; Zefrin, M.Pd
SD Negeri 89 Sipatana Kota Gorontalo
SD Negeri 89 Sipatana Kota Gorontalo
A. Pendahuluan
Proses pembelajaran yang baik sering
diartikan dengan melibatkan peserta didik secara aktif, dengan berbagai metode,
strategi, pendekatan bahkan model yang dipilih oleh guru untuk bisa
mengantarkan mereka pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Rencana
pembelajaranpun disusun baik rapi sebelum guru memasuki ruang kelas bahkan
rencana model pembelajaran seyogyanya sudah ditentukan oleh guru, sehingga
didalam kelas guru telah mempunyai rencana yang jelas untuk menyampaikan materi
dan tujuan pelajaran yang akan dicapainya.
Suatu kejadian nyata berdasarkan pengalaman
saya dan mungkin dirasakan oleh sebagian teman-teman guru sekalian ketika
mengajarkan materi pada siswa SD seringkali meraka cepat lupa dan sulit
mengingat materi tersebut ketika diberikan evaluasi padahal pada saat proses
pembelajaran mereka begitu aktif dan menerima baik konsep atau materi yang kita
ajarkan. Analisis berdasarkan hasil refleksi pembelajaran yang saya temukan
adalah memberikan pemahaman kepada siswa seringkali bersifat deduktif, siswa
saya ajarkan dengan berbagai konsep dan fakta-fakta yang membuat mereka menarik
dan aktif akan tetapi pada akhir pembelajaran mereka tidak mampu menyimpulkan
konsep tersebut.
Sebagai contoh yang coba saya ilustrasikan
melalui artikel ini, ketika pengalaman mengajar saya mengajarkan tentang konsep
atau materi “gaya” pada mata pelajaran IPA untuk siswa kelas V, saya
menyampaikan tujuan terlebih dahulu kepada mereka kemudian menyajikan peta
konsep dan menyampaikan penjelasan materi bahwa ada 3 macam gaya yang kita akan
pelajari pada hari ini yakni gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek. Semua
siswa tertarik untuk mempelajarinya, kemudian saya melanjutkan
dengan memberikan penjelasan tentang ketiga gaya tersebut dan melalui percobaan
meraka harus membuktikannya. Semua siswa didalam kelas aktif melakukan
percobaan berdasarkan LKS yang diberikan, semuanya aktif dan senang melakukan
percobaan. Pada hasil akhir mereka mempresentasekan hasil diskusi masing-masing
kelompok. Yang terjadi pada saat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa mereka
sangat sulit untuk memaknai konsep pembelajaran memberikan defenisi materi
secara jelas.
Dari ilustrasi diatas maka model pembelajaran
dapat dikatakan bersifat deduktif karena siswa diberikan pemahaman secara umum
melalui konsep dan menuju pada hal-hal spesifik yang dibuktikan dengan
percobaan. Alhasil pembelajaran hanya bersifat sementara tanpa menemukan dan
mengkonstruksi konsep yang mereka pelajari sehingga hasil evaluasi pada
siswapun tdk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan proses berfikir
siswa secara induktif agar mereka mampu mengamati, menganalisa dan membuat
hipotesis agar pembelajaran lebih bermakna.
Dalam suatu
penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV SDN Lidah Wetan II/462 Surabaya oleh Dyah Retna Sari tentang “Peningkatan
Keterampilan Berpikir Induktif Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berpikir
Induktif Pada Mata Pelajaran Ipa SD”. Penelitian ini berawal dari rendahnya
keterampilan berpikir induktif siswa yang peneliti temukan saat melakukan
pengamatan. Pelaksanaan penelitian ini memiliki 5 tujuan diantaranya yaitu
untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran,
mendeskripsikan keterampilan berpikir induktif siswa, mendeskripsikan hasil
belajar siswa dan mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran berpikir induktif utamanya pada pelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian
sebanyak 2 siklus dengan tahapan tiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, tes, dan angket. Data penelitian dianalisis dengan deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru pada Siklus I
sebesar 64% meningkat menjadi 89% pada Siklus II, aktivitas siswa pada Siklus I
sebesar 69% meningkat menjadi 84% pada Siklus II, keterampilan berpikir
induktif siswa pada Siklus I sebesar 56% meningkat menjadi 77% pada Siklus II,
hasil belajar siswa pada Siklus I sebesar 51,28 meningkat menjadi 76,92 pada
Siklus II, dan peningkatan juga terjadi pada respon siswa yang pada Siklus I
sebesar 69% meningkat menjadi 84% pada Siklus II.
Dari
data hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model berpikir
induktif siswa dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, hasil belajar dan
utamanya yaitu keterampilan berpikir induktif siswa. Sehingga guru dapat
menerapkan model pembelajaran berpikir induktif ini untuk dapat meningkatkan
keterampilan berpikir induktif siswa. Dengan demikian dapat tercipta
pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Model
pembelajaran induktif merupakan pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat
efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru
langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang
diberikan tadi.
Model
pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam
belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning)
dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing
siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan
membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini,
jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat
siswaberpikir.
Model
induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan
teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi
konsep-konsep tersebut. Digunakan secara bertahap, strategi ini juga dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efisiensi dan
meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu
informasi. Dalam Kurikulum
2013 telah dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif, kreatif dan inovatif
dan mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan mereka dengan pola
pendekatan saintifik atau ilmiah.
Pendekatan saintifik akan membentuk nalar
ilmiah siswa dengan mengedepankan fakta yang dikaji dan diujicobakan agar siswa
memperoleh kebenaran ilmiah dan mampu menyimpulkan sendiri dari proses yang
telah dilakukan. Dalam pendekatan ilmiah sangat perlu mengembangkan pola
pembelajaran induktif dimana siswa melihat hal-hal secara spesifik dan mampu
mengambil kesimpulan secara umum berdasarkan proses yang telah mereka
ujicobakan.
PEMBAHASAN
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Pengertian Belaja
Menurut
Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan.” Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah
berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini adalah lingkungan kelas pada
saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa “belajar
merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan” (Djamarah,
Syaiful dan Zain, 2006:11). Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Sardiman (2001:26-29) bahwa secara umum
tujuan belajar dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Pengetahuan dan kemempuan berpikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan. Jadi, dengan adanya bahan pengetahuan, maka seseorang dapat mempergunakan kemampuan berpikir di dalam proses belajar, sehingga pengetahuan yang didapat semakin bertambah.
Pengetahuan dan kemempuan berpikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan. Jadi, dengan adanya bahan pengetahuan, maka seseorang dapat mempergunakan kemampuan berpikir di dalam proses belajar, sehingga pengetahuan yang didapat semakin bertambah.
b. Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
c. Penanaman keterampilan
Belajar memerlukan latihan-latihan yang akan menambah keterampilan dalam diri siswa, baik itu keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani.
Belajar memerlukan latihan-latihan yang akan menambah keterampilan dalam diri siswa, baik itu keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya secara sistematis
untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien
(Zainal :66). Menurut Hamalik (2007:77) pembelajaran adalah suatu system
artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponenyang berinteraksi
antara satu dengan lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen
tersebut meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik dan siswa,
tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran, strategi
pengajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah
diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang berlaku.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat belajar secara
aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:41), dalam kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa komponen pembelajaran yang meliputi:
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan materi pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang tepat dan yang diketahui siswa, memberi arah yang jelas dalam belajarnya.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan materi pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang tepat dan yang diketahui siswa, memberi arah yang jelas dalam belajarnya.
b. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran menurut Arikunto (dalam Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006:43) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan.
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran menurut Arikunto (dalam Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006:43) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan.
c. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa lebih aktif bukan guru, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa lebih aktif bukan guru, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
d. Metode
Metode merupakan komponen pembelajaran yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan situasi.
Metode merupakan komponen pembelajaran yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan situasi.
e. Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha pencapaian tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha pencapaian tujuan, dan alat sebagai tujuan.
f. Sumber Pelajaran
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.
g. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses sederhana dalam memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa.
Evaluasi merupakan proses sederhana dalam memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa.
MODEL
BERFIKIR INDUKTIF
Pembelajaran induktif
Menurut Huda (2013:78) model berfikir
induktif didasarkan pada asumsi awal bahwa setiap manusia termasuk siswa
merupakan konseptor alamiah selalu melakukan konseptualisasi setiap saat. Model
pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi
sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran
induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi
yang diberikan tadi.
Struktur sosial dalam
pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan untuk belajar
melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif mensyaratkan
sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan terlepas
dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi
dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan
semangat belajar. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat
sebagai berikut:
1. Kemampuan
berpikir dapatdiajarkan.
2. Berpikir
merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data.Artinya,
dalam seting kelas, bahan-bahan ajar
merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu.
Dalam seting tersebut, mana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam
suatu sistem konsep,yaitu:
a. Saling menghubung-hubungkan
data yang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan
berdasarkan hubungan-hubungan tersebut.
b. Menarik
kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka
membangun hipotesis,dan
c. Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena
tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu proses internalisasi dan
konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut
3. Proses berpikir merupakan suatu urutan
tahapan yang beraturan. Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir
tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan
ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan
strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
1. Prosedur
(sintax) Pembelajaran
Postulat
yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus
diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktif
melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara
mengajarkannya.
Taba mengidentifikasi tiga keterampilan berpikir induktif :
Taba mengidentifikasi tiga keterampilan berpikir induktif :
a. Konsep
pembentukan (belajar konsep)
Tahap
ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang
yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama
konsep).Langkah-langka :
1. Membuat
daftar konsep
2. Pengelompokkan
konsep berdasarkan karakteristik yang sama.
3. Pemberian
label ataukategorisasi
b. Interpretasi
data
Strategi
kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan
menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep),
cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
1.
mengidentifikasi dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya.
2.
mejelaskan dimensi-dimensi
danhubungan-hubungannya.
3.
Membuat kesimpulan
c. Penerapan
prinsip-prinsip
Strategi
ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat
merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya
mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu
situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan
suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomenabaru
Langkah-Langkah:
1.
Membuat hipotesis, memprediksikonsekuensi
2.
Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis
atauprediksi.
3.
Mengujihipotesis/prediksi
Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Induktif
Saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru
telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan
mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif
memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru juga
harusmenjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang
diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa-siswanya.
Kesuksesan
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif juga
bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang digunakan oleh guru serta
kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap
contoh/ilustrasi yang diberikan.
Kelebihan Model Pembelajaran Induktif
1. Pada model pembelajaran
induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa
mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Ketika siswa telah mempunyai
gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan
pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga
pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan
antara siswa denganguru
3. Model
pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang
lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.
Kelemahan
Model Pembelajaran Induktif
1. Model
ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga
kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam
memberikanilustrasi-ilustrasi.
2. Tingkat
keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada
keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru
harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswaberpikir
3. Model
pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa
menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman
dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak
terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secarasempurna
4. Saat pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan
perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan
semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang
diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan
metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembangoptimal.
5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian
mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat
vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
6. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau
ilustrasi yang digunakan oleh guru.
7. Pembelajaran tidak dapat
berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai
pilihan dalam proses induktif
Tips-Tips
Mengajar Secara Induktif
Tips mengajar induktif menurut Bruce Joyce :
1.
Praktik, praktik dan praktik : membangun
komunikasi melalui pembelajaran.
2.
Amati dan kaji begaimana siswa berpikir.
3.
Cobalah untuk terus membantu siswa belajar
bagaimana cara belajar.
4.
Proses induktif membawa anak-anak untuk
mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajaran yang
berlatih untuk menguasai bidang tersebut.
5.
Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen
fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya diajikan dalam
kalimat-kalimat yang menyediakan isyarat konteks dan jenis aktivitas dekat yang
dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna / arti yang dibangun.
6.
Gunakan model ini dalam bidang-bidang
kurikulum
7.
Pastikan seperangkat data memiliki sajian
ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun pencapaian konsep.
8.
Berhati hatilah saat mengajarkan kalimat
“lengkap” dan “tak lengkap”
9.
Membedakan antara fakta dan pendapat mungkin
tidak cocok untuk eksplorasi singkat
10.
Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada
benda-benda di mana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
11.
Siswa dapat membuat atau mendapat
katagori-katagori yang berciri ganda
12.
Dalam mengajarkan konsep-konsep seperti
adverb, harus ingat ahwa di setiap konsep itu terdapat banyak subkatagori.
13.
Berilah penekanan ulasan untuk serangkaian
data yang tergolong rumit, seperti puisi.
14.
Mempelajari ciri-ciri sesuatu, seperti
karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah yang menarik.
15.
Pertimbangkanlah jika ingin menyajikan objek
dengan tatanan yang cukup rumit pada awal mula pengajaran.
Pembelajaran
Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah.
Kegiatan
pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman
belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran,
metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman
belajar.
· Mengamati. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan
erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan atau menyimak.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi
peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan
melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.
· Menanya. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses
membangun pengetahuan siswa dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur,
hukum dan terori.Tujuannnya
agar siswa memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical
thinking skills).
Proses menanya bisa dilakukan
melalui kegiatan diskusi
dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi
ruang pada peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri.
Guru membimbing peserta didik agar
mampu mengajukan pertanyaan tentang
hasil pengamatan objek yang konkrit sampai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun
hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang disusun dapat bersifat
faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Guru melatih peserta
didik menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dan memberikan bantuan
untuk belajar mengajukan pertanyaan sehingga peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri.
Melalui kegiatan bertanya rasa ingin tahu peserta didik
dikembangkan. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin
berkembang.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi dasar untuk
mencari informasi lebih lanjut dan beragam melalui sumber yang ditentukan guru
sampai yang dipilih peserta didik sendiri. Dimulai dari sumber kajian yang
tunggal sampai yang beragam.
· Mengumpulkan Data/eksperimen/eksplorasi. Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan
keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip,
ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini
mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan
data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber
belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi sangat disarankan.
Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar
terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku,
memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan
eksperimen.
· Mengasosiasi. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan
berpikir dan bersikap ilmiah. Informasi (data) hasil kegiatan mencoba menjadi
dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan. Data yang diperoleh diklasifikasi, diolah,
dan ditemukan
hubungan-hubungan yang
Spesifik.Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa
dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan,
membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan
memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan
mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat
tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
· Mengomunikasikan.Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan
adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa
mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta
kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk
karya.
SIMPULAN
Model
pembelajaran induktif merupakan Model pembelajaran yang digunakan untuk
sampai pada pernyataan yang universal dari hal-hal yang bersifat khusus. Tidak
seperti penalaran deduktif, dalam penalaran induktif, kerja akal atau fikiran
beranjak dari pengetahuan sebelumnya mengenai sejumlah kasus sejenis yang
bersifat spesifik, khusus, individual, dan nyata yang ditemukan oleh pengalaman
inderawi kita.Pada induktif ditunjukkan untuk membangun mental kognitif
karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berfikir,dan juga
strategi ini sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh
siswa.kelebihan dari pembelajaran induktif walaupun sangat sesuai untuk “social
study” tetapi juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran seperti
sains,bahasa dan lain – lain. Pendekatan saintifik pada proses pembelajaran
sangat baik untuk diterapkan model berfikir induktif karena Pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah. Kegiatan
pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Daftar
Rujukan
Aqib,Zainal.2013.
Model, Media Dan Strategi Pembelajaran.
Bandung : Yrama Widya
Djamarah
Syaiful & Zain 2010. Strategi belajar
mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Retna
Sari, Dyah. 2013. Peningkatan
Keterampilan Berpikir Induktif Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berpikir
Induktif Pada Mata Pelajaran IPA SD. Surabaya: skripsi
Huda,
Miftahul. Model-model Pengajaran Dan
Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamalik.
2007. Kurikulum Dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Joyce,B
&Weil, M. 2000. Models Of Teaching.
Ed. Boston: allen and Bacon
Sardiman,A.M.
2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada