Monday, July 6, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN  BERPIKIR INDUKTIF DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK  
Oleh ; Zefrin, M.Pd
SD Negeri 89 Sipatana Kota Gorontalo



A.  Pendahuluan
Proses pembelajaran yang baik sering diartikan dengan melibatkan peserta didik secara aktif, dengan berbagai metode, strategi, pendekatan bahkan model yang dipilih oleh guru untuk bisa mengantarkan mereka pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Rencana pembelajaranpun disusun baik rapi sebelum guru memasuki ruang kelas bahkan rencana model pembelajaran seyogyanya sudah ditentukan oleh guru, sehingga didalam kelas guru telah mempunyai rencana yang jelas untuk menyampaikan materi dan tujuan pelajaran yang akan dicapainya.
Suatu kejadian nyata berdasarkan pengalaman saya dan mungkin dirasakan oleh sebagian teman-teman guru sekalian ketika mengajarkan materi pada siswa SD seringkali meraka cepat lupa dan sulit mengingat materi tersebut ketika diberikan evaluasi padahal pada saat proses pembelajaran mereka begitu aktif dan menerima baik konsep atau materi yang kita ajarkan. Analisis berdasarkan hasil refleksi pembelajaran yang saya temukan adalah memberikan pemahaman kepada siswa seringkali bersifat deduktif, siswa saya ajarkan dengan berbagai konsep dan fakta-fakta yang membuat mereka menarik dan aktif akan tetapi pada akhir pembelajaran mereka tidak mampu menyimpulkan konsep tersebut.
Sebagai contoh yang coba saya ilustrasikan melalui artikel ini, ketika pengalaman mengajar saya mengajarkan tentang konsep atau materi “gaya” pada mata pelajaran IPA untuk siswa kelas V, saya menyampaikan tujuan terlebih dahulu kepada mereka kemudian menyajikan peta konsep dan menyampaikan penjelasan materi bahwa ada 3 macam gaya yang kita akan pelajari pada hari ini yakni gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek. Semua siswa tertarik untuk mempelajarinya, kemudian saya melanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang ketiga gaya tersebut dan melalui percobaan meraka harus membuktikannya. Semua siswa didalam kelas aktif melakukan percobaan berdasarkan LKS yang diberikan, semuanya aktif dan senang melakukan percobaan. Pada hasil akhir mereka mempresentasekan hasil diskusi masing-masing kelompok. Yang terjadi pada saat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa mereka sangat sulit untuk memaknai konsep pembelajaran memberikan defenisi materi secara jelas.
Dari ilustrasi diatas maka model pembelajaran dapat dikatakan bersifat deduktif karena siswa diberikan pemahaman secara umum melalui konsep dan menuju pada hal-hal spesifik yang dibuktikan dengan percobaan. Alhasil pembelajaran hanya bersifat sementara tanpa menemukan dan mengkonstruksi konsep yang mereka pelajari sehingga hasil evaluasi pada siswapun tdk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan proses berfikir siswa secara induktif agar mereka mampu mengamati, menganalisa dan membuat hipotesis agar pembelajaran lebih bermakna.   
Dalam suatu penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV SDN Lidah Wetan II/462 Surabaya oleh Dyah Retna Sari tentang “Peningkatan Keterampilan Berpikir Induktif Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berpikir Induktif Pada Mata Pelajaran Ipa SD”. Penelitian ini berawal dari rendahnya keterampilan berpikir induktif siswa yang peneliti temukan saat melakukan pengamatan. Pelaksanaan penelitian ini memiliki 5 tujuan diantaranya yaitu untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, mendeskripsikan keterampilan berpikir induktif siswa, mendeskripsikan hasil belajar siswa dan mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berpikir induktif utamanya pada pelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian sebanyak 2 siklus dengan tahapan tiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, tes, dan angket. Data penelitian dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru pada Siklus I sebesar 64% meningkat menjadi 89% pada Siklus II, aktivitas siswa pada Siklus I sebesar 69% meningkat menjadi 84% pada Siklus II, keterampilan berpikir induktif siswa pada Siklus I sebesar 56% meningkat menjadi 77% pada Siklus II, hasil belajar siswa pada Siklus I sebesar 51,28 meningkat menjadi 76,92 pada Siklus II, dan peningkatan juga terjadi pada respon siswa yang pada Siklus I sebesar 69% meningkat menjadi 84% pada Siklus II.
Dari data hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model berpikir induktif siswa dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, hasil belajar dan utamanya yaitu keterampilan berpikir induktif siswa. Sehingga guru dapat menerapkan model pembelajaran berpikir induktif ini untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir induktif siswa. Dengan demikian dapat tercipta pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Model pembelajaran induktif merupakan pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi.
Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswaberpikir.
Model induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Digunakan secara bertahap, strategi ini juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efisiensi dan meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu informasi. Dalam Kurikulum 2013 telah dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif, kreatif dan inovatif dan mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan mereka dengan pola pendekatan saintifik atau ilmiah.
Pendekatan saintifik akan membentuk nalar ilmiah siswa dengan mengedepankan fakta yang dikaji dan diujicobakan agar siswa memperoleh kebenaran ilmiah dan mampu menyimpulkan sendiri dari proses yang telah dilakukan. Dalam pendekatan ilmiah sangat perlu mengembangkan pola pembelajaran induktif dimana siswa melihat hal-hal secara spesifik dan mampu mengambil kesimpulan secara umum berdasarkan proses yang telah mereka ujicobakan.

PEMBAHASAN
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Pengertian Belaja
           Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.” Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini adalah lingkungan kelas pada saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.  
Telah disebutkan sebelumnya bahwa “belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan” (Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006:11). Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Seperti halnya yang dikatakan oleh Sardiman (2001:26-29) bahwa secara umum tujuan belajar dibedakan atas tiga jenis, yaitu:       
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Pengetahuan dan kemempuan berpikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan. Jadi, dengan adanya bahan pengetahuan, maka seseorang dapat mempergunakan kemampuan berpikir di dalam proses belajar, sehingga pengetahuan yang didapat semakin bertambah.         
b. Pembentukan sikap           
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.          
c. Penanaman keterampilan   
Belajar memerlukan latihan-latihan yang akan menambah keterampilan dalam diri siswa, baik itu keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani.


Pengertian Pembelajaran    
Pembelajaran adalah upaya secara sistematis untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien (Zainal :66). Menurut Hamalik (2007:77) pembelajaran adalah suatu system artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponenyang berinteraksi antara satu dengan lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik dan siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran, strategi pengajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang berlaku.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat belajar secara aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:41), dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen pembelajaran yang meliputi:     
a. Tujuan       
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan materi pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang tepat dan yang diketahui siswa, memberi arah yang jelas dalam belajarnya.
b. Bahan Pelajaran     
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran menurut Arikunto (dalam Djamarah, Syaiful dan Zain, 2006:43) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan.  
c. Kegiatan Pembelajaran      
Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa lebih aktif bukan guru, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.    
d. Metode      
Metode merupakan komponen pembelajaran yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan situasi.
e. Alat           
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha pencapaian tujuan, dan alat sebagai tujuan.      
f. Sumber Pelajaran   
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar  adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.
g. Evaluasi     
Evaluasi merupakan proses sederhana dalam memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kuantitas belajar siswa.





MODEL BERFIKIR INDUKTIF
Pembelajaran induktif
Menurut Huda (2013:78) model berfikir induktif didasarkan pada asumsi awal bahwa setiap manusia termasuk siswa merupakan konseptor alamiah selalu melakukan konseptualisasi setiap saat. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi.
Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir dapatdiajarkan.
2.  Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data.Artinya, dalam     seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam seting tersebut, mana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep,yaitu:
a.  Saling menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat   kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut.
b.  Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis,dan
c. Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut
3. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan. Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
1. Prosedur (sintax) Pembelajaran
Postulat yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya.   
Taba mengidentifikasi tiga keterampilan berpikir induktif :    
a. Konsep pembentukan (belajar konsep)
Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).Langkah-langka :
1. Membuat daftar konsep  
2.  Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama.
3. Pemberian label ataukategorisasi
b. Interpretasi data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.      
Langkah-langkah:
1.    mengidentifikasi dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya.
2.    mejelaskan dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya.
3.    Membuat kesimpulan      
c. Penerapan prinsip-prinsip     
Strategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomenabaru
Langkah-Langkah:
1.    Membuat hipotesis, memprediksikonsekuensi
2.    Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atauprediksi.       
3.    Mengujihipotesis/prediksi

Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Induktif
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru juga harusmenjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa-siswanya. 
Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif juga bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang digunakan oleh guru serta kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap contoh/ilustrasi yang diberikan.

Kelebihan Model Pembelajaran Induktif
1.  Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2.  Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa denganguru
3.  Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif
1.  Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikanilustrasi-ilustrasi.
2.  Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswaberpikir
3.  Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secarasempurna
4. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembangoptimal.
5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
6. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
7. Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif        

Tips-Tips Mengajar Secara Induktif
Tips mengajar induktif menurut Bruce Joyce :
1.        Praktik, praktik dan praktik : membangun komunikasi melalui pembelajaran.
2.        Amati dan kaji begaimana siswa berpikir.
3.        Cobalah untuk terus membantu siswa belajar bagaimana cara belajar.
4.        Proses induktif membawa anak-anak untuk mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajaran yang berlatih untuk menguasai bidang tersebut.
5.        Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya diajikan dalam kalimat-kalimat yang menyediakan isyarat konteks dan jenis aktivitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna / arti yang dibangun.
6.        Gunakan model ini dalam bidang-bidang kurikulum
7.        Pastikan seperangkat data memiliki sajian ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun pencapaian konsep.
8.        Berhati hatilah saat mengajarkan kalimat “lengkap” dan “tak lengkap”
9.        Membedakan antara fakta dan pendapat mungkin tidak cocok untuk eksplorasi singkat
10.    Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada benda-benda di mana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
11.    Siswa dapat membuat atau mendapat katagori-katagori yang berciri ganda
12.    Dalam mengajarkan konsep-konsep seperti adverb, harus ingat ahwa di setiap konsep itu terdapat banyak subkatagori.
13.    Berilah penekanan ulasan untuk serangkaian data yang tergolong rumit, seperti puisi.
14.    Mempelajari ciri-ciri sesuatu, seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah yang menarik.
15.    Pertimbangkanlah jika ingin menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal mula pengajaran.



Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman belajar.

·         Mengamati. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.
     Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan bervariasi  melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.
·         MenanyaKegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan terori.Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills). Proses menanya bisa dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang pada peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri.
     Guru membimbing peserta didik agar mampu mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang disusun dapat  bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Guru melatih peserta didik menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dan memberikan bantuan untuk belajar mengajukan pertanyaan sehingga peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
     Melalui kegiatan bertanya rasa ingin tahu peserta didik dikembangkan. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin berkembang.
     Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut dan beragam melalui sumber yang ditentukan guru sampai yang dipilih peserta didik sendiri. Dimulai dari sumber kajian yang tunggal sampai yang beragam.
·         Mengumpulkan Data/eksperimen/eksplorasi. Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip, ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data,  mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan.
            Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan eksperimen.
·         MengasosiasiKegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Informasi (data) hasil kegiatan mencoba menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Data yang diperoleh diklasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang
     Spesifik.Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
·      Mengomunikasikan.Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi,  membuat laporan, dan/atau unjuk karya.


SIMPULAN
       Model pembelajaran  induktif merupakan Model pembelajaran yang digunakan untuk sampai pada pernyataan yang universal dari hal-hal yang bersifat khusus. Tidak seperti penalaran deduktif, dalam penalaran induktif, kerja akal atau fikiran beranjak dari pengetahuan sebelumnya mengenai sejumlah kasus sejenis yang bersifat spesifik, khusus, individual, dan nyata yang ditemukan oleh pengalaman inderawi kita.Pada induktif ditunjukkan untuk membangun mental kognitif karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berfikir,dan juga strategi ini sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali  oleh siswa.kelebihan dari pembelajaran induktif walaupun sangat sesuai untuk “social study” tetapi juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran  seperti sains,bahasa dan lain – lain. Pendekatan saintifik pada proses pembelajaran sangat baik untuk diterapkan model berfikir induktif karena Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.


Daftar Rujukan

Aqib,Zainal.2013. Model, Media Dan Strategi Pembelajaran. Bandung : Yrama Widya
Djamarah Syaiful & Zain 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Retna Sari, Dyah. 2013. Peningkatan Keterampilan Berpikir Induktif Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berpikir Induktif Pada Mata Pelajaran IPA SD. Surabaya: skripsi
Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran Dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamalik. 2007. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Joyce,B &Weil, M. 2000. Models Of Teaching. Ed. Boston: allen and Bacon
Sardiman,A.M. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada







0 comments:

Post a Comment